Pergerakan Harga Emas Akibat Memanasnya Rusia-Ukraina
Semar Nusantara2022-03-01T06:00:47+07:00Pergerakan harga emas dunia dipengaruhi oleh konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Konflik geopolitik mempengaruhi nilai tukar dolar dan emas. Hal ini mengakibatkan banyak orang ingin melakukan lindung nilai aset dalam bentuk emas. Emas dianggap sebagai safe haven yang dapat melindungi investor dari ketidakpastian dalam pasar finansial.
Harga emas dunia naik hingga mencapai level 1.976 dollar AS per troy ounce pada kamis (24/2/2022) setelah Rusia melakukan serangan ke Ukraina. Namun pada Jumat (25/2/2022) harga emas tidak melanjutkan tren kenaikannya dan justru menyusut pada level 1.909,63 dollar AS per troy ounce dan masih berlanjut turun pada sabtu (26/2/2022) di level 1.891,77 dollar AS per troy ounce.
Tren tersebut juga terjadi pada harga Semar Gold dimana mengalami kenaikan yang drastis hingga mencapai harga Rp.905.000 pada kamis (24/2/2022). Namun kemudian mengalami penurunan yang signifikan di harga Rp.894.000 pada Jumat (25/2/2022) dan kembali turun menjadi Rp.884.000 pada Sabtu (26/2/2022). Pergerakan harga emas yang meningkat drastis diikuti dengan penurunan yang drastis ini dapat terjadi ketika perang berlangsung.
Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan perang kepada Rusia pada kamis (24/2/2022) dengan mengirimkan pasukan militer ke wilayah timur Ukraina. Sebelumnya Putin telah mengakui kemerdekaan dua wilayah Ukraina timur yang merupakan separatis pro-Rusia, Luhansk dan Donetsk. Ukraina lantas menetapkan kondisi darurat nasional dan meminta warganya yang berada di Rusia untuk melarikan diri.
Suara ledakan terdengar di beberapa kota setelah Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina. Putin juga telah memperingatkan kepada pihak-pihak yang ikut campur dengan konflik ini agar berhenti jika tidak mau terjadi krisis yang lebih buruk.
Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina
Rusia dan Ukraina terlahir dari wilayah yang sama meski memiliki perbedaan Bahasa, sejarah, dan kehidupan politik. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim bahwa keduanya merupakan satu bagian dari peradaban Rusia. Namun klaim ini dibantah oleh Ukraina. Rusia dan Ukraina sudah terlibat konflik pada tahun 1917 saat terjadi Revolusi Bolshevik.
Hubungan Rusia dan Ukraina mulai memanas pada tahun 2013 akibat kesepakatan perdagangan dan politik penting dengan Uni Eropa. Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Penolakan tersebut memicu protes dan menyebabkan Victor Yanukovych digulingkan dari jabatannya.
Akibat penggulingan tersebut, Rusia merespon dengan melakukan pencaplokan terhadap Krimea yang merupakan sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan. Hal ini dilakukan demi membela kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia. Pencaplokan ini mendorong adanya pemberontakan di wilayah Donetsk dan Luhansk yang mengakibatkan puluhan ribu orang meninggal dalam konflik tersebut.
Rusia dan Ukraina sempat melalukan perjanjian damai dan mengakhiri dan mengakhiri pertempuran. Tetapi tidak mencapai penyelesaian politik sehingga gencatan senjata tetap terjadi. Konflik antar keduanya juga disebabkan keinginan Ukraina bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Rusia melarang Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Rusia khawatir NATO membawa persenjataan di perbatasan Ukraina dan mengancam Kota-kota besar di Rusia.